Jumat, 20 November 2009

MALU

Saya merasa tergelitik setelah membaca dalam sebuah blog tentan budaya malu yang disampaikan oleh sebut saja "Ingkang Mbaurekso" selamat membaca bro!
Bangun tidur pagi ini(kalo jam 9 boleh disebut pagi) bikin kopi dan nyalain sebatang rokok saya buka-buka Koran hari ini. Ada berita yang agak menarik perhatian saya. Bukan soal perseteruan presiden dengan seorang tokoh reformasi yang udah jarang meneriakkan reformasi lagi itu, melainkan berita di halaman 11 di koran terbesar di Indonesia itu tentang seorang menteri di negara asalnya Doraemon dan detektif Conan yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Bukan bunuh dirinya yang menarik bagi saya, tapi sebabnya dia bunuh diri itu yang agak menggelitik rasa ketertarikan saya. Pak menteri pertanian itu bunuh diri karena dia ketauan terlibat kasus suap. Dalam hati saya bertepuk tangan dan mengacungkan dua jempol buat menteri pertanian Jepang yang biasa saya panggil Om Matsuoka itu. Bukan kagum dengan style dia mengakhiri hidupnya(biasa banget kok, cuma gantung diri), melainkan dengan sikapnya yang pilih mati daripada harus menanggung malu akibat kecurangan yang dilakukannya. Menurut saya hal itu merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kelas tinggi, yang saya rasa para pelaku kecurangan2 semacam itu di Indonesia belum dapat menyamai level Om Matsuoka ini, dalam hal bertanggungjawab tentunya.
Kita ambil contoh aja para pengemplang dana BLBI yang sampe sekarang gak ketangkep-ketangkep. Alih-alih bunuh diri karena malu telah berlaku curang, mereka malah ngacir ke luar negeri, dan sangat dimungkinkan saat anda baca tulisan ini, mereka lagi asik main roullet di salah satu kasino di las vegas sono sambil ngisep cerutu dan dikelilingi cewek-cewek blonde sexy(kebanyakan nonton film Hollywood ni…).

Memang tampaknya Indonesia harus mengembangkan budaya malu mulai sekarang. Udah telat sih tapi better late than never kan? Andaikata budaya malu itu udah membudaya di Indonesia, maka saya rasa gak perlu ada macam ICW atau KPK di Indonesia. Tapi menurut saya pasti gak akan semudah merebut permen dari anak kecil(wong anak kecil sekarang pada makan French fries), kita udah dididik dan disuguhi budaya malu-maluin macam korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) selama seluruh hidup kita. Lha coba anda bayangin, saya yang lahir tahun 1983 dimana mbah Soeharto udah menancapkan cakarnya dibumi Indonesia sebagai penguasa tunggal yang untouchable, sepanjang waktu hidup saya, saya disuguhi berbagai realita seperti memberi kemudahan bagi anggota keluarga dengan kekuasaan yang dimiliki adalah sah, memotong anggaran negara untuk kepentingan pribadi adalah boleh, dan bermacam realita-realita lain yang menyesatkan pandangan hidup saya. Secara perlahan namun pasti saya ternyata juga mulai bermental seperti itu. Baru pada 1998 kemaren era budaya malu-maluin yang diusung mbah Harto(begitu saya biasa memanggil dia) berakhir, eh maksud saya eranya si embah itu ding yang berakhir, kalau tentang budaya malu-maluin sampe sekarang juga belum berkahir.

Tapi saya sebagai orang awam berpandangan positif terhadap pemerintahan Om Bambang (panggilan akrab saya buat SBY). Gebrakan yang dibuatnya untuk menghapus segala warisan jelek era mbah Harto pantas untuk diacungi jempol. Tapi saya sarankan kita juga jangan terlalu berharap banyak Indonesia akan berubah menjadi negara yang bersih dari segala praktek-praktek budaya malu-maluin tadi, waktu 5 tahun yang dimiliki Om Bambang gak akan cukup untuk menutup dosa yang dibuat mbah Harto selama 30 tahun lebih. Paling nggak perubahan ke arah yang lebih baik sudah terlihat. Dan perubahan itu memang harus dimulai dari para pemimpin bangsa ini dulu, karena seorang pemimpin adalah contoh yang akan ditiru oleh rakyatnya, sebuah contoh yang baik akan menghasilkan sebuah tiruan yang baik pula. Saya sarankan lagi jangan bisanya cuma demo teriak-teriak menuntut perubahan ini dan itu secara instan, gak ada yang instan didunia ini selain mie. Sebagai kaum terpelajar seharusnya kita mendemo diri kita sendiri dulu untuk menjadi lebih baik, kalo semua berpikiran seperti itu patilah Indonesia ini menjadi sebuah negara yang kalo dalam pewayangan disebutkan gemah ripah loh jinawi, entah apa arti tepatnya, yang jelas kayaknya artinya baik,he3x..

Rabu, 18 November 2009

OTAK

Otak Orang Indonesia Masih Mulus
KONON otak orang Indonesia sangat digemari dan jadi rebutan di antara calon penerima donor otak manusia. Di bursa pasar gelap, harga otak manusia Indonesia dikabarkan paling tinggi. Setiap ada persediaan hampir bisa dipastikan langsung laku terjual.
Orang-orang pun heran. Mengapa bukan otak orang Yahudi yang terkenal cerdas-cerdas itu yang diburu? Mengapa bukan otak orang-orang Jepang, yang tersohor memiliki kemampuan tinggi dalam bidang teknologi, yang diperebutkan? Atau, mengapa tidak otak orang Cina yang sudah dikenal luas lihai berbisnis? Mengapa justru otak orang Indonesia?
Setelah dilakukan semacam penelitian, ternyata persepsi para penerima donor otak dalam menentukan pilihan bukan pada standar umum seperti asumsi di atas. Jawab mereka: “Habis, otak orang Indonesia rata-rata masih mulus. Soalnya jarang dipakai!”

Jumat, 13 November 2009

Karya Ilmiah Populer


Pada dasarnya, karya ilmiah pupuler adalah karangan yang mengandung unsur ilmiah, berdasar fakta, aktualitasnya tidak mengikat. Yang dipentingkan dalam karya ilmiah populer bukan pada keindahan bahasanya, tapi lebih kepada sisi ilmiahnya (mengajarkan atau menerangkan sesuatu). Contoh “Bagaimana merawat wajah”, “Bagaimana beternak itik”, “Bagaimana cara membuat bom” dsb.
Jika dalam sebuah kolom, yang ditekankan adalah opini dan pandangan penulisnya, dalam karya ilmiah populer yang lebih ditekankan adalah unsur mendidiknya. Untuk itu, akan lebih baik kalau kita menghidarkan diri dari unsur subjektifitas yang terlalu kental.
Sumber tulisannya bisa kita ambil dari karya-karya ilmiah akademik yang kaku. Alangkah lebih baik jika, hasil penelitian, paper, skripsi, tesis di sebarkan ke masyarakat luas dengan bahasa yang sederhana, singkat dan jelas dalam bentuk karya ilmiah populer ini. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk memahaminya. Agar memudahkan pembaca, Gunakan bahasa yang jelas, tidak terlalu teknis.
Karena dalam karya ilmiah populer yang ditekankan adalah sisi ilmiahnya, bukan keindahan bahasanya, Anda bisa menyelipkan humor yang tidak berlebihan agar tidak membuat bosan pembaca. Tapi yang perlu ditekankan lagi, jangan lupa unsur mendidiknya. Jangan sampai terjebak juga kedalam kepenulisan feature yang menitik beratkan pada unsur menghibur dan human interestnya (sisi kemanusiaan). Kata kuncinya, karya ilmiah populer adalah mendidik pembaca. Penulisnya ibarat seorang guru tapi jangan terlampau menggurui dalam menuliskan karya ilmiah populer Anda.

Karena dalam karya ilmiah informasi harus akurat, maka akan lebih baik jika Anda menuliskan sesuatu yang benar-benar Anda kuasai. Jangan sampai Anda mengajarkan sesuatu yang ternyata salah kepada pembaca. Misal, tulisan “Bagaimana mengindari stress” pembaca tentu akan mempertimbangkannya ketika yang menulis adalah seorang psikolog. Tapi, kalaupun Anda orang biasa saja tapi ingin membuat karya ilmiah populer, rujukan atas buku, pandangan pakar dan literatur harus memadai agar tulisan Anda tidak salah sehingga merugikan pembaca.

Jumat, 06 November 2009

EJAAN

1. Ejaan Van Ophuijesen
Ejaan Van Ophuijsen adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Indonesia.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
huruf 'j' untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
huruf 'oe' untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer, akal, ta, pa, dinamai.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
[sunting] Sejarah singkat
Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam buku yang berjudul '. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.
Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.
Ejaan ini akhirnya digantikan oleh Ejaan Republik pada 17 Maret 1947.
2. Ejaan Republik (edjaan repoeblik)
Ejaan Republik adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.
Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
EYD adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai EYD