Minggu, 24 April 2011

Keresahan Saya dan Keresahan Anda Sama dengan Keresahan Kita

Kemarin saya sedikit berbincang-bincang dengan adik saya melalui telepon, dia bercerita ketika dia mengikuti seminar Internasional bahasa Perancis terkait dengan budaya, salah satunya adalah bahasa. Bahwasanya di Perancis dalam setiap aktivitas komunikasi warganya wajib menggunakan bahasa Perancis. Warga negara lain yang berkunjung atau studi di sana pun wajib menggunakan bahasa Perancis. Meskipun warganya juga menguasai bahasa selain bahasa Perancis tetapi mereka tetap menjadikan bahasa Perancis sebagai bahasa tuan rumah.

Tidak jauh berbeda dengan negara Jepang. Saya ingat ketika saya mengikuti pelatihan tentang jurnalistik selama dua hari ketika SMA dulu yang pembicaranya seorang wartawan, beliau mengatakan bahwa Jepang memiliki sebuah ungkapan “Silahkan Anda mengankat topi di negara saya, maka saya juga akan mengangkat topi di negara Anda”, maksudnya adalah ketika warga negara lain berkunjung atau tinggal di Jepang maka harus menggunakan bahasa Jepang dalam setiap aktivitas komunikasinya. Begitupula sebaliknya ketika orang Jepang berada di negara lain misalnya saja berada di Indonesia mereka akan belajar bahasa Indonesia dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Tidak hanya itu saja bahkan orang Jepang akan belajar bahasa Jawa ketika berada di Jogja, belajar bahasa Bali ketika berada di Bali. Ini menunjukkan orang Jepang sangat membanggakan bahasanya namun juga sangat memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap bahasa lain.

Namun, saya ikut prihatin ketika bahasa Indonesia mulai sulit dipahami oleh warga negaranya sendiri bahkan tidak sedikit yang menganggapnya remeh. Pengalaman pribadi saya ketika saya masuk di perguruan tinggi dan ambil jurusan bahasa Indonesia, saya selalu ditanya “Kok ambilnya jurusan bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris atau bahasa Jerman atau bahasa lainnya?”. Kemudian begitu banyak artis Indonesia ketika berbicara justru lebih sering menggunakan bahasa asing dan sulit menggunakan bahasa Indonesia dan tidak menutup kemungkinan cara bicara mereka akan menjadi contoh masyarakat kita. Tapi saya kagum ketika masih ada artis Indonesia yang sudah diakui secara Internasional yaitu Anggun C Sasmi yang tinggal lama di Perancis tetapi komunikasi bahasa Indonesianya masih bagus. Bahkan gaya medok atau dialek Jawanya masih terlihat.

Bahasa masuk dalam tataran gaya hidup. Saya sangat merasakan dan mungkin Anda juga ketika kita mampu berkomuniksi dengan bahasa asing salah satunya bahasa Inggris akan dianggap lebih keren dan berkelas daripada bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah. Dengan kata lain orang Indonesia lancar berbahasa asing gagap bahasa Indonesia, dan lupa bahasa daerah. Dalam dunia pendidikan pun pada umumnya siswa lebih antusias belajar bahasa asing daripada bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Apa mungkin kelak bahasa Indonesia akan tergeser dengan bahasa asing di negerinya sendiri? Semoga saja tidak.

Sementara itu di Australia bahasa Indonesia juga dipelajari warganya. Mereka sangat antusias mempelajari bahasa Indonesia. Tidak hanya itu saja warganya mulai dan senang belajar budaya Indonesia seperti gamelan, wayang yang merupakan budaya masyarakat Jawa. Ketika negara lain sangat mengagumi bahasa dan budaya kita, betapa memprihatinkan ketika kita sebagai pemiliknya justru mulai kehilangan rasa bangga dan memiliki atas keanekaragaman bahasa kita yang luar biasa yang disatukan dengan bahasa Indonesia serta diiringi keanekaragaman budaya yang luar biasa pula. Namun, sayangnya negara kita selalu saja kecolongan, baru tersadar ketika budaya kita sudah diklaim bangsa lain (hahaha…kasihan deh….). Tidak jelek pula ketika kita mampu meniru negara-negara yang telah saya sebutkan tadi yaitu menjunjung tinggi bahasa negaranya dan menghargai bahasa negara lain. Sedikit berharap semoga kelak seluruh keanekaragaman budaya kita salah satunya adalah bahasa baik bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah akan tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan tentunya tidak salah ketika kita juga mempelajari bahasa lain sehingga warga negara kita semakin kaya pengetahuan. Mempelajari bahasa lain ataupun budaya lain namun tetap tidak kehilangan citra diri sebagai warga negara Indonesia meskipun hanya dimulai dari bahasa. Pintar berbahasa Indonesia, pintar berbahasa daerah, dan pintar berbahasa asing. Seperti kata iklan sehingga tidak hanya pintar saja tetapi pintar, pintar, dan pintar.

Tulisan ini hanya sebatas memberikan semangat agar saya terus selalu belajar dan memulainya dari apapun. Mohon maaf jika kurang berkenan. Terimakasih.

Oleh: Fitri Jamilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar