Minggu, 24 April 2011

sekadar cerita hari ini

Ini hanya sekadar cerita kelam yang ingin saya bagi, meskipun banyak seabrek cerita suram yang sulit terkuak bahkan tak akan pernah terkuak disembunyikan oleh para pengguna waktu.

cerita pertama,

Sebelumnya saya dengar cerita ada yang merampok motor , tamu tak diundang alias maling, dan pembunuhan. Kemarin tetanggaku bercerita ada tukang ojek memperkosa penumpangnya. Lalu baru saja di dekat tempat saya bekerja ada orang yang diborgol dibawa mobil patroli polisi, padahal fenmena itu biasanya hanya saya lihat di lacar kaca. Cerita kriminalitas yang ekstrem seperti ini sudah akrab di telinga saya, meskipun sebenarnya masih banyak penyakit anak negeri yang lebih ektrem di ranah kita ini. Jujur kurang lebih hampir dua tahun setengah tinggal di ranah Sumatra, saya lebih sering mendengar cerita kelam daripada bentuk kreativitas budaya masyarakatnya. Lalu bagaimana dengan daerah Anda?

cerita kedua,

Bangsa saya butuh sekolah yang bisa memanusiakan manusia, karena pada kenyataannya dunia pendidikan di negara saya sekarang tak ubahnya wadah mencari keuntungan bagi yang berperan. Bagi Anda yang berminat silahkan segera hubungi hati nurani masing-masing.Terimakasih.

cerita ketiga,

Terasa beda sekolah saya yang dulu dengan sekolah sekarang. Ini saya ambil dari pengalaman pribadi saya sebagai seorang pengajar. Murid atau bahkan mahasiswa saya kalau belajar bukan mencari ilmunya tapi mencari nilainya. Ingat guru SD saya dulu pernah mengatakan "Pak Tugiman" guru matematika kalau belajar tujuannya adalah "cari ilmu". Kalau guru SMP saya "Pak Tri Joto" guru bahasa Indonesia plus seorang penulis, belajar itu "memahami ilmu". Guru SMA saya lain lagi "Pak Bambang" guru matematika dan sangat memahami ilmu psikologi, belajar itu "mengembangkan ilmu" beliau sangat lihai mengembangkan rumus matematika agar tidak terkesan seram tapi dibuat unik dan menyenangkan. Dosen saya mengatakan juga bahwa belajar itu "mengaplikasikan ilmu". Lalu saya sendiri menyimpulkan belajar itu tujuannya mencari ilmu, memahami ilmu, mengembangkan ilmu, lalu mampu mengaplikasikan ilmu agar mampu memberikan perubahan dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik, dan dari yang lebih baik menjadi hal yang hebat. Itulah nilai yang sesungguhnya menurut saya. Nilai yang berupa angka hanya sekadar simbol dan pada zaman yang semakin tak berkarakter ini nilai dapat dibuat jujur, tetapi lebih mudah dibuat kabur. Tetapi sejatinya kelak akan terlihat berkualitas atau tidak, ataukah hanya sekadar kuantitas belaka? Hanya Anda yang tau.

by: Fitri Jamilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar