Minggu, 24 April 2011

Sang Pemuja Kata

Mencoba mengembara dalam kata. Ketika banyak orang menganggap ini wilayah ketidakjelasan, aku mencoba beda. Goresan hati, pengungkapan diri, terawangan pikiran ini justru aku percayakan pada kata-kata. Seandainya kata itu suatu wujud yang mampu aku tatap dan aku sentuh, mungkin akan menjadi satu hal yang paling aku cinta. Saat aku memiliki dambaan hati yang aku cinta mungkin saja aku beranikan diri untuk berselingkuh dengan kata. Bagiku kata lebih mempesona. Mampu mengerti apa yang aku mau. Menjadi satu hal yang paling tahu dengan keegoisanku, ketidakwarasanku, menjawab ketidaktahuanku, serta menjelaskan ataupun menggambarkan keperihan bahkan kengerian yang selalu dihindari para manusia.

Kata adalah sosok yang unik, bahkan aku telah gila dibuatnya. Kata mampu merangkum segala yang telah kulalui. Imajinasiku dapat aku lahirkan bersama kata. Salah ketika kau anggap remeh kata, karena dia bisa terbungkam karena kebodohan. Apa kau tau? Larut cahaya karena pergantian siang menuju malam membuatku semakin asik besama pujaanku kata. Ketika kata ini menjadi sesuatu yang jujur, dia akan mnjadi hal paling berharga. Tapi ketika kata ada dalam hal sebaliknya maka dia akan menjadi pengkhianat sejati, atau bahkan pembunuh dengan sangat rapi.

Para penyair hidupnya akan tergantung dengan kata. Sampai dengan para pecundang datang memohon agar sang kata selalu ada. Para pemuja cinta akan terbuai dengan sang kata pula. Kelicikan-kelicikan selalu bersembunyi dibalik kata. Bahkan goresan-goresan warna sang pelukis perlu penjelasan dalam sebuah kata. Musisi membunyikan alunan bersama kata. Kebisuanpun mampu bersanding dengan kata meskipun tercipta dalam hati saja.

Ketika begitu banyak aturan dalam mengendalikan kata, jangan heran karena keberadaan kata begitu istimewa. Ketika banyak yang menhujat kata, jangan heran pula karena kata bisa begitu berbahaya. Jangan heran ketika pada suatu waktu kata menjadi hal yang sangat sulit untuk berkompromi dan membuat kau terdiam bungkam. Mungkin saja kau telah lupa begitu banyak kebaikan yang telah diberikan sang kata. Mungkin pula kau telah dibuat bodoh, dibuat menyesal oleh sang kata. Kata mampu berkolaborasi dengan hati dan pikiran. Tapi kata juga mampu mnjadi sahabat yang sangat karib terhadap ambisi, nafsu, bahkan ego. Biarkan saja ketika kata ingin hadir bersama kita, dan akan aku biarkan kata selalu mendampingi dalam setiap hidupku.

Kali ini kubuat keriuhan dalam diriku bersama larik-larik kata. Kubuat begitu menyentuh, karena manusia tak mampu melakukannya. Modal kesendirian berserta alunan lalu menerawang bersama imajinasi mencoba berbagi. Bersama kata-kata ini entah akan dibawa kemana. Tapi dalam suatu pengharapan yang sederhana sama dengan pengharapan mereka semoga akan indah jadinya. Dibalik sudut ruang yang tak pernah aku tahu dan kata ini menjadi suatu persembahan yang sebenarnya tak mungkin lagi, masih kuletakkan sebuah pengharapan sederhana semoga kata ini sedikit memberi jalan dan membantu sampai pada akhirnya hati dan logika berada pada jalan yang sebenarnya. Padahal sudah banyak jutaan kata yang meneriakkan di telingaku agar aku menghentikan saja semua galau ini. Yah, ketika galau ini menjadi sebuah racun bagiku menurut pandangan kalian, justru galau inilah yang membuat jari-jariku asik menunjuk huruf-huruf ini dan pada akhirnya terangkai dalam kata-kata yang mungkin tak begitu berarti.

Aku ingin setia bersama kata, kuharap kalian mampu pahami ini. Aku masih ingin bersahabat dengan galau karena inilah yang mendekatkan aku dengan kata. Ini hanya sementara saja. Karena ini adalah teka-teki yang kelak akan aku buktikan meskipun sulit. Kelak kata tak hanya ada pada saat galau dan tawa. Kelak kata akan aku buat ada dalam setiap masa. Kubuat dalam hitam di atas putih. Kusebar seperti bunga yang selalu ada ketika jatuh cinta atau pewangi dalam suatu taburan pekuburan. Ketika kata menjadi pilihanku dan aku sengaja memilih kata sebagai satu hal, maka biarlah ini menjadi satu rahasia yang tak perlu kau tau.

by:n Fitri Jamilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar